Senin, 03 Januari 2011

Budidaya Ikan Gurame



Gurame (Osphronemus gouramy)
 
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae.

Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal gurami. Rasa dagingnya yang gurih dan lezat sangat digemari masyarakat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat.

Ikan gurami adalah salah satu dari 15 komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil.

Gurami memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan, baik skala kecil maupun besar. Hal itu didukung oleh faktor-faktor berikut :
  1. Harga jual gurami lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga secara ekonomi relatif lebih menguntungkan.
  2. Permintaan pasar terhadap guramih cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.
  3. Lahan budidaya masih tersedia luas, dapat berupa kolam semen, empang, ataupun waduk. Petani gurami jawa barat lebih banayk menggunakan empang dan waduk. Waduk saguling, jatiluhur, dan cirata, sangat potensial untuk memelihara gurami.
  4. Data dan informasi tentang budi daya cukup memadai.
  5. Pakan untuk usaha pembenihan maupun pembesaran gurami tersedia sepanjang tahun. 
  6. Pengangkutan hasil panen gurami tergolong mudah, tetapi harus ditangani secara hati-hati. 
Untuk mengetahui analisa usaha budidaya gurame dapat download sini

Budidaya Ikan Lele



Lele (Clarias sp)

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Bukan hanya budidayanya yang mudah dan tidak banyak membutuhkan kadar oksigen tinggi, lele juga sangat banyak digemari karena murah dan lezat, begitu banyak ragam orang membuat macam-macam olahan lele seperti lele asap, pecel lele, kerupuk kulit lele, abon lele dan banyak lagi jenis olahan yang bahan bakunya dari lele.

Jenis ikan lele masuk ke Indonesia pada tahun 1984/1985, mayoritas masyarakat Indonesia sangat antusias untuk budidaya jenis ikan ini, disamping karena pertumbuhannya yang cepat juga tidak terlalu sulit untuk di budidaya.

Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan
  1. dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi.
  2. Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
  3. Pemasarannya relatif mudah dan 
  4. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Untuk budidaya Lele dengan biaya yang Minimalis di media kolam Terpal maupun kolam Permanen hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil yang Maxsimal adalah:
  1. Pastikan bibit lele berasal dari indukan budidaya lele media kolam permanen atau kolam terpal juga. 
  2. Pre-conditioning kolam, (pembersihan & pengeringan dng cara dijemur di terik matahari) dilanjutkan pengisian awal air kolam, lk 1/5 s.d 1/4 volume kolam + penggaraman, diamkan selama 3 hari.
  3. Pemberian katalis plankton, diamkan selama 1x24 jam (untuk merangsang pertumbuhan plankton & probiotik alami).
  4. Bibit lele ditebar dng hati2, caranya : bibit lele dalam ember (wadahnya) ditenggelam bersamaan. Waktu penebaran sbaiknya saat pagi atau sore hari. Hindari bibit terkena sinar matahari langsung. Siapkan daun2 pisang yg berfungsi sebagai peneduh (tempat berlindung bagi bibit) saat terik matahari disiang hari.
  5. Biarkan bibit lele keluar sendiri dari ember (wadah) secara bertahap. Lakukan penambahan air (secukupnya) dengan baku air sumur/ sungai yang telah disaring &/ diendapkan.
  6. Bibit lele tidak perlu dberi makan (berbentuk pakan) selama 1 hari pertama setelah ditebar, (bibit dibiarkan memakan makanan alaminya).
  7. Pada hari ke 2, bibit lele sudah mulai dapat diberi jenis produk pakan yang lembut (halus) atau berbentuk serbuk (sjenis pakan udang) dosis 2kg/5000 ekor, misal: denol atau yang setara. Tebarkan pakan secara merata dipermukaan air kolam secara bertahap sedikit demi sedikit & secukupnya saja. Tidak perlu diberikan dalam takaran yang berlebihan.
  8. Setelah jenis pakan lembut habis (lk selama 8-10 hari), bibit mulai dapat diberi pakan pelet butiran kecil (dosis 10kg/ 5000 ekor), misal : F99 atau setara (baik ukuran butiran, kwalitas maupun komposisi kandungan nutrisi-nya).
  9. Disarankan pakan butir kecil dicampuri suplemen, misal: Vit C & Enzym pemacu pertumbuhan. Tambahkan air hangat secukupnya pada proses pencampuran pakan hingga kondisi lembab tercapai. Jika temperatur campuran pakan masih terlalu hangat sebaiknya diangin-anginkan dahulu hingga sama dengan temperatur ruang.
  10. Pada tahap pembesaran, setelah porsi pakan butiran kecil habis, dapat dilanjutkan dengan pakan butiran 2mm kemudian butiran 3mm hingga usia panen tiba. 
  11. Upayakan memantau kesehatan & pertumbuhan (dimensi) ikan lele secara rutin minimal setiap 2 minggu sekali serta pen-siphon-an lumpur dasar kolam, minimal sekali selama proses budidaya atau disesuaikan dengan kondisi air kolam & kesehatan ikan lele.
Untuk mengetahui analisa usaha budidaya ikan lele dapat download sini

Budidaya Ikan Nila


NILA (Tilapia nilotica)
Ikan Nila berbeda jenis dengan ikan Mujair tetapi masih satu keluarga. Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan dalam keluarga Tilapia yang paling banyak dibudidayakan di kawasan Asia. Sebetulnya ada banyak sekali jenis ikan keluarga Tilapia, tetapi yang paling populer di Indonesia adalah ikan Nila (Tilapia nilotica). Disamping itu juga banyak jenis hibrida hasil persilangan berbagai jenis Tilapia yang dibudidayakan di Asia. Ikan Tilapia dikenal juga sebagai “water chicken” karena ikan ini dapat dibudidayakan di hampir semua perairan dunia dan mampu menjadi sumber protein yang murah bagi masyarakat.

Ikan Nila mempunyai beberapa sifat unggul yang membuat ikan ini menjadi ikan favorit budidaya, yaitu laju pertumbuhan yang tinggi, tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan, mudah diberi pakan, mudah berkembang biak, tidak mempunyai duri halus sehingga dapat dibuat fillet ikan, dagingnya berwarna putih dan tidak terlalu amis.

Ikan Nila dapat mencapai ukuran 300 gram dalam waktu 90 – 100 hari. Di banyak negara ikan ini dipelihara hingga ukuran minimal 500 gram dalam waktu 4 – 5 bulan. Dalam waktu 10 – 12 bulan ikan Nila bisa mencapai berat 1000 gram per ekor. Di Indonesia ikan Nila dipelihara di karamba jaring apung di waduk atau danau, dan di kolam air deras. Di waduk Cirata, ikan Nila banyak dipelihara di jaring rangkap dan dianggap sebagai penghasilan sampingan. Kondisi kualitas air di jaring rangkap mudah berubah, terutama oksigen. Pada pagi hari kadar oksigen di dalam air di jaring rangkap bisa kurang dari 2 ppm, tetapi ikan Nila dapat beradaptasi dengan kondisi ini dan tetap tumbuh dengan baik. Ikan ini juga dipelihara di kaki gunung daerah Lubuk Linggau, danau Tondano di Sulawesi Utara, danau Batur di Bali, dan waduk-waduk di Jawa. Ini menunjukkan kemampuan beradaptasi yang tinggi.

Ikan Nila juga mudah dikawinkan, sifat ini juga sekaligus menjadi salah satu kelemahannya. Ikan Nila cepat mencapai usia matang reproduksi, kondisi ini akan memperlambat pertumbuhannya. Terutama untuk ikan betina, laju pertumbuhan ikan betina lebih lambat dibandingkan yang jantan. Apalagi setelah mencapai ukuran reproduksi, maka ikan Nila betina akan berhenti tumbuh dan mengubah makanannya menjadi telur untuk proses reproduksi. Lebih lanjut lagi setelah telur ikan menetas, induk betina akan “mengerami” anak-anaknya di dalam mulut, sehingga induk betina bisa dikatakan “tidak makan” dan berhenti tumbuh.

Karena itu teknik sex reversal banyak diterapkan untuk ikan Nila. Sex reversal adalah pengubahan jenis kelamin, dalam hal ini ikan nila ikan betina diubah menjadi jantan. Tekniknya dapat dilakukan secara hormonal maupun genetis. Secara hormonal dilakukan melalui pemberian hormon á methyl testoteron kepada ikan yang berukuran <>

Pengubahan sex secara genetik dilakukan melalui pengubahan kode-kode genetik induk sehingga anak yang dihasilkan bersifat jantan dan tidak mampu memproduksi telur, contohnya adalah ikan Nila Gesit. Jika induk Nila Gesit dikawinkan dengan induk Nila lainnya maka akan dihasilkan keturunan yang sebagian besar jantan. Sex reversal dilakukan agar laju pertumbuhan nila tetap tinggi dan ikan tidak bereproduksi. Jika ikan Nila dibiarkan berbiak dalam kolam maka pertumbuhan ikan menjadi tidak seragam dan kolam bisa menjadi terlalu padat.

Untuk mengetahui analisa usaha budidaya gurame dapat download disini

Jumat, 31 Desember 2010

Pembuatan KOLAM TERPAL

Cara mudah membuat kolam ikan dengan biaya yang relatif murah, yaitu dengan membuat kolam terpal ukuran 4 m x 8 m (luas kolam 32 m2) dan kedalaman air kurang lebih 90 cm.

Bahan :

1. Terpal (standar untuk kolam) lebar 6 x 10 m.

2. Sekam kurang lebih 3 kubik.

3. Batako/bata merah.


Cara pembuatan :

1. Cari posisi tanah yang langsung kena sinar matahari, minimal luas tanah 32 m2 ;

2. Gali tanah dengan luas 32 m2 dengan kedalaman kurang lebih 50 cm ;

3. Tanah hasil galian tersebut digunakan untuk tanggul setinggi kurang lebih 40 cm ;
4. Padatkan supaya tanggul tersebut kuat serta permukaan tanggul diberi batako/bata merah;
5. Selanjutnya dasar kolam diberi sekam setinggi kurang lebih 10 cm ;

6. Terpal siap di pasang dan diisi air.
Gambar Kolam Terpal :
 

















sumber http://argomino.blogspot.com/

Budidaya Ikan Bawal Air Tawar dan Air Laut

Bawal termasuk salah satu komoditas ikan yang cukup digemari masyarakat. selain harganya yang lebih murah dari daging ayam dan sapi, bawal memiliki daging yang tebal dengan rasa yang lezat, dan tulangnya sedikit. Ada dua macam bawal yang dikenal masyarakat yakni bawal laut dan bawal air tawar. Memiliki kemiripan bentuk seperti badan yang pipih, bulat dan warna kulit perak keabu-abuan, ekor bercagak, dan bersisik halus membuat masyarakat menyebutnya sebagai ikan yang sama, yakni ikan bawal. Padahal kedua ikan ini merupakan jenis ikan yang berbeda.
Serupa Tapi Tak Sama
Bawal Bintang merupakan salah satu jenis ikan bawl air laut yang saat ini tengah populer dan sangat diminati. Bawal Bintang yang banyak dibudidaya saat ini berasal dari perairan laut Taiwan yang banyak dibudidaya petani di tepian laut. Prospek usahanya cukup menggiurkan, mengingat harga 1 kg Bawang Bintang bisa mencapai Rp.60 ribu. Mahalnya harga  bawal air laut ini juga dikarenakan ukuran ikan yang di hasilkan lebih besar dari bawal air tawar serta menghasilkan daging yang lebih kenyal, tidak berbau lumpur dan lebih fresh. Sudah ada beberapa daerah yang telah membudidayakan Bawal Bintang ini seperti di laut Batam, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu dan di daerah situbondo, Jawa Timur.
Sementara itu, yang disebut dengan ikan bawal air tawar merupakan ikan yang berasal dari sungai Amazon, Brazil, Amerika Selatan. Bawal air tawar ini banyak dikembangkan oleh petani di Bogor, Cibaraja, Cisaat, sukabumi, Cilacap, Tasikmalaya dan Garut Jawa Barat. Selain itu, bawal air tawar juga banyak dibudidayakan di Pontianak, Pekan Baru, Medan dan Bali. Meski harganya tak semahal Bawal Bintang, yakni Rp.15 ribu/kg namun bawal air tawar ini memiliki genetik yang bagus sehingga bisa panen lebih cepat yakni sekitar 3 bulan, sedangkan Bawal Bintang perlu waktu 3 – 6 bulan.
Menurut sumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, prospek usaha budidaya bawal sangat menjanjikan. Pasalnya bawal sangat di minati dan banyak permintaan datang dari hotel, restoran, rumah makan, warung tenda seafood, pengepul dan pasar tradisional. “Besarnya permintaan bawal laut merangsang petani ikan membudidaya ikan bawal tawar yang saat ini menjadi andalan komoditas perikanan air tawar. Bahkan bawal air tawar menjadi alternatif substitusi apabila pasokan bawal air laut menipis”, ujar Ahmad.


 Budidaya


Lantaran lokasi budidaya bawal air tawar dan air laut berbeda, tentu investasi yang dikeluarkan juga berbeda. Dari sumber yang kami dapat, untuk memulai usaha budidaya bawal air laut perlu investasi sekitar Rp.40 juta hanya untuk membuat keramba jaring apung (KJA) ukuran 30 m x 30 m di tepi pantai. “Belum lagi untuk bibit dan pakan. Jika di totalkan sampai panen perlu modal sekitar Rp.100 jutaan, yang di panen bisa 7 ton”, menurut sumber kami di Kepulauan Seribu.
Berbeda dengan modal yang di keluarkan untuk budidaya bawal air tawar, sekitar Rp.7-8 juta untuk memulai budidaya 2.000 bibit ikan bawal yang dapan menghasilkan 1 ton ikan bawal pada kolam tanah ukuran 10 m x 10 m.
Menurut sumber kami, secara umum ikan bawal lebih bagus dibudidaya dengan debit air yang cukup deras. Sehingga tepian laut atau dengan membuat kolam air deras dari aliran air sungai sangat bagus untuk mempercepat pertumbuhan. Meskipun demikian, bawal bisa saja dibudidaya di kolam air tenang, hanya saja pertumbuhannya kurang bagus.
Dari sisi biaya produksi, budidaya bawal bisa ditekan, karena bawal itu omnivora (pemakan segala), jadi selain pakan berupa pelet, bawal juga bisa diberi pakan alami berupa keong, siput, dedaunan, limbah sayuran, hingga ikan runcah. Bawal juga memiliki daya cerna makan yang baik. Selain bisa diberi pakan alami, bawal bisa diberikan pakan protein rendah sekitar 20% yang harganya lebih murah sekitar Rp.3-5 ribu/kg dibanding dengan pakan berprotein tinggi. Dengan demikian dari 1 kg pakan yang diberikan dapat menghasilkan daging bawal sebanyak 0,7-0,8 kg (konversi pakan adalah 1:0,7-0,8) yang cukup efisien dan menguntungkan petani.
Sementara itu, di tingkat pembudidaya ikan bawal juga terbagi menjadi dua, yakni pembibitan dan pembesaran. Sumber kami mengatakan bahwa menjadi pembibit juga menguntungakan. Dari sepasang indukan siap kawin umur lebih dari 3 tahun berat 1-1,5 kg dapat menghasilkan 200-300 ribu bibit dalam sekali perkawinan. Menariknya lagi, sejak telur menetas (larva), umur 12 hari sudah bisa menghasilkan uang karena larva sudah banyak dicari petani pembibit untuk dibesarkan dengan harga jual Rp.30/ekor. Larva yang telah berumur lebih dari 12 hari disebut bibit yang juga banyak dicari petani pembesaran seperti bibit ukuran ¾ cm yang dijual dengan harga Rp.150/ekor, ukuran korek (4-5 cm) umur 4 bulan Rp.250/ekor. Hanya dari keuntungan pembibitan bawal, petani mampu memperoleh omset Rp.20-30 juta setiap bulannya. Menariknya, selain waktu pembibitan yang cepat, kolam yang digunakan tidak perlu seluas dan sebanyak kolam pembesaran. Jadi lebih efisien.
Namun jika dihitung, usaha pembesaran bawal lebih mwnjanjikan untung yang lebih besar. Karena harga jual bawal air laut lebih mahal daripada bawal air tawar, maka keuntungan paling besar mampu di raup petani bawal air laut yang berdasarkan pengakuan sumber kami bisa meraih omset Rp.210 juta dengan keuntungan bersih Rp.120 juta tiap bulannya. Sedangkan besarnya keuntungan  yang dihasilkan dari pembudidaya bawal air tawar sebesar Rp.80 juta atau 50% dari omset. Menarik bukan?


 Pemasaran


 Salah satu kelemahan petani ikan di Indonesia adalah mencari pasar yang bisa memberikan harga bagus. Maka dari itu di beberapa daerah, banyak tengkulak, pengumpul ikan yang membeli bibit atau bawal siap konsumsi dari petani dengan harga murah dan menjualnya dengan harga tinggi ke pasar/konsumen. Bahkan ada pula tengkulak yang sengaja memasok pakan ikan pada petani dan petani wajib menjual hasil panen bawal pada tengkulak tersebut dengan harga yang telah ditentukan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebelum anda memutuskan menjadi petani bibit atau pembesaran ikan bawal. Pertama, lihat seberapa besar prospek pasar yang akan menyerap hasil panen. Jika akan menjadi pembibit hitung berapa banyak pembudidaya di beberapa sentra petani bawal dan berapa banyak penyedia bibit. Begitu juga jika hendak menjadi petani pembesaran. Hitung berapa kapasitas budidaya yang disesuaikan dengan target pasar yang akan dituju seperti berapa banyak tengkulak, tempat pelelangan ikan, atau Anda bisa menjual langsung ke restoran atau rumah makan yang membutuhkan ikan bawal.
Kedua, buat asumsi kasar berapa biaya yang diperlukan untuk memulai usaha dari skala kecil misal tebar 2.000 bibit yang akan menghasilkan 1 ton daging bawal seperti menghitung biaya pakan, belanja bibit, peralatan, sewa kolam, dan bahan serta peralatan yang diperlukan hingga transportasi.
Ketiga, anda bisa memilih untuk bergabung menjadi mitra perusahaanperikanan melalui sistem inti plasma dengan sistem bagi hasil. Dengan begitu Anda bisa mendapat bantuan bibit, pakan, hingga peralatan dan obat selama budidaya. Ada juga koperasi yang menerapkan sistem pembelian pakan dengan bayar saat panen seperti yang banyak dilakukan di kawasan Pelabuhanratu, Jawa Barat.
Keempat, lakukan pemasaran melalui media internet. Namun sayang sebagian besar petani kurang memanfaatkan internet untuk berjualan. Sebaliknya tengkulak atau pengumpul ikan sebagian besar memanfaatkan pemasaran melalui internet untuk menjaring pelanggan.
Sementara itu, kendala di pembibitan adalah tingkat kematian mencapai 10-20% dari mulai telur menetas hingga bibit ukuran korek. Sedangkan kendala menjadi momok di usaha pembesaran bawal adalah serangan penyakit white spot (bintik putih) karena virus atau bakteri yang sering datang saat musim hujan yang dapat ditangani dengan memberikan garam dalam kolam.




















Sumber : http://infobisnisukm.wordpress.com

Entri Populer

Okezone.com

 
Copyright © Budidaya Ikan di Banyuwangi. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block | Start My Salary
Designed by Santhosh